Harga Kayu Rakyat Akasia Mangium


Seiring dengan makin banyaknya manfaat dan kegunaan kayu akasia mangium di dalam perindustrian kayu, harga log kayu akasia mangium selalu berubah. Untuk itu jika anda sebagai pemula yang ingin mencoba usaha kayu akasia mangium, kiranya informasi ini dapat sebagai literature dalam tahap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Harga Log/gelondong kayu akasia mangium saat ini menurut sepengetahuan dan berdasar apa yang PK Duta Rimba terima baik dari petani langsung, pengepul maupun dari tebang langsung di lokasi, adalah sebagai berikut :

Panjang
Diameter
Harga
100 – 190 cm

7 – 9    
300.000
10 – 15 
400.000
16 – 19 
550.000
20 – up 
700.000
200 - up
10 – 15 
500.000
16 – 19 
600.000
20 – up 
750.000
Cat : kayu di ukur fisik dan table memakai rumus 785

Pasar Kayu Keras / Racuk


Dalam memilih pabrik penerima sawntimber kayu keras/racuk yang berupa papan maupun balok, hendaknya anda pikirkan dengan tepat, karena salah-salah malah barang sudah di buat tetapi kelanjutannya tidak di tanggapi. Untuk itu PK Duta Rimba sekedar membantu mengarahkan pabrik mana yang tepat dan bonafide. Hal ini tentunya tak lepas dari system pembayaran maupun prosedur pengirimannya sehingga system Program Tahunan ( Prota ) anda dapat diperhitungkan.
PK DUTA RIMBA SAWMILL AND WOOD PROCESSING dalam memasarkan hasil olahan kayu biasanya langsung pabrik dengan system kontrak maupun system tidak kontrak. Untuk system pembayaran cash setelah tally grade selesai yang biasanya sampai 2-3 hari. Adapun nama pabrik yang membutuhkan atau membeli sawntimber kayu keras/racuk dan yang biasa di suplay PK DUTA RIMBA adalah sebagai berikut :
1.        PT Surabaya Pallet
2.        PT Inja Kayu Terpadu
3.        PT Kita Maju Bersama

Table Top Kayu Sonokeling


Untuk pemasaran kayu sonokeling, PK Duta Rimba biasanya memproduksi menjadi flooring, baik flooring jumbo, flooring standar, table top, maupun parquet. Adapun rincian harga table top kayu sonokeling per tanggal 2 Januari 2011 adalah sebagai berikut :

Tebal
Lebar
Panjang
Keterangan
Cutting
Invoice

Cutting
Invoice

Cutting
Invoice

Cutting
Invoice
3,5
3

4,5
4

6,5
6

8,5
8
10,5 – 42,5
10 – 42

10,5 – 32,5
10 – 32

10,5 – 21,5
10 – 21

10,5 – 16,5
10 – 16
132 – 312
130 – 310

132 – 312
130 – 310

132 – 312
130 – 310

132 – 312
130 - 310
Panjang Interval      20 cm
Lebar Interval             1 cm

Harga FOB Gresik RP7.000.000,00




Keterangan :
1.    Ukur Galih, tidak ( blank, busuk, pecah, pinhole/lubang )
2.    Boleh Kuku macan
3.    Boleh hati bungkus

Kayu Waru


Waru atau baru (Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai waru laut telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek.
Tumbuhan ini asli dari daerah tropika di Pasifik barat namun sekarang tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik dan dikenal dengan berbagai nama: hau (bahasa Hawaii), purau (bahasa Tahiti), beach Hibiscus, Tewalpin, Sea Hibiscus, atau Coastal Cottonwood dalam bahasa Inggris.
Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti: baru (Gayo, Belitung, Md., Mak., Sumba, Hal.); baru dowongi (Ternate, Tidore); waru (Sd., Jw., Bal., Bug., Flores); haru, halu, faru, fanu (aneka bahasa di Maluku); dan lain-lain.[1]
Pohon kecil, tinggi 5–15 m. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus dan dengan tajuk yang lebih sempit daripada di tanah gersang.[1]
Daun bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk jantung dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 cm; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting.[2]
Bunga berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2–5 kuntum. Daun kelopak tambahan bertaju 8–11, lebih dari separohnya berlekatan. Kelopak sepanjang 2,5 cm, bercangap 5. Daun mahkota bentuk kipas, berkuku pendek dan lebar, 5–7,5 cm, kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda ungu pada pangkalnya. Buah kotak bentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup.[2] Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan Rf atau hRf. Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal, hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h) menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100. Nilai Rf pada bunga waru sendiri sebesar 0,48.
  • Hibiscus similis Bl. (waru gunung atau waru gombong) memiliki bentuk pohon, daun, bunga dan buah yang serupa dengan Hibiscus tiliaceus, dengan hanya sedikit perbedaan. Di antaranya, dengan kelenjar tulang daun yang lebih jauh dari pangkal; tangkai bunga yang sedikit lebih pendek; daun kelopak yang hanya melekat setengah jalan; dan biji yang berambut kasar.[2]
  • Hibiscus macrophyllus Roxb. (tisuk atau waru lanang) memiliki bentuk pohon yang kurus tinggi, terutama ketika muda; berdaun jauh lebih lebar; dengan daun penumpu yang panjang
  • Thespesia populnea Soland. juga disebut waru laut atau waru lot; memiliki daun seperti kulit yang tidak berbulu, melainkan bersisik coklat rapat, nampak jelas pada daun yang muda. Bunga serupa dengan bunga waru, namun tangkai putiknya tidak berbagi di ujungnya..[3]
·         Kemampuan bertahannya tinggi karena toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2.000 mm. Waru biasa ditemui di pesisir pantai yang berpasir, hutan bakau, dan juga di wilayah riparian.
·         H. tiliaceus tumbuh alami di pantai-pantai Asia Tenggara, Oceania dan Australia utara dan timur. Diintroduksi ke Australia barat daya, Afrika bagian selatan, serta Hawaii; di mana menjadi liar di sana.

·         Kegunaan

·         Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau coklat keunguan, atau kehijau-hijauan. Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar. Dari kulit batangnya, setelah direndam dan dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut lulup waru. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali.[1]
·         Daunnya dapat dijadikan pakan ternak, atau yang muda, dapat pula dijadikan sayuran. Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk mempercepat pematangan bisul. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan gula batu dimanfaatkan untuk melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak.[1]
·         Daunnya juga digunakan sebagai pembungkus ikan segar oleh pedagang di pasar dan pedagang ikan keliling.
·         Bunga waru dapat dijadikan jam biologi. Bunganya mekar di pagi hari dengan mahkota berwarna kuning. Di siang hari warnanya berubah jingga dan sore hari menjadi merah, sebelum akhirnya gugur.
Legenda masyarakat penghuni Pulau Jawa menyatakan, kuntilanak menyukai pohon waru yang tumbuh miring (waru doyong) sebagai tempat bersemayamnya.

Kayu Sungkai


Kayu sungkai teksturnya cukup halus, seratnya indah dan berwarna kuning pucat. Kayu sungkai sering digunakan sebagai bahan elemen dekoratif. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III dan Kelas Kuat II, III. Pohon sungkai diameternya tidak terlalu besar.